Share

HARI MERDEKA: Kisah Perjuangan Dr Sardjito, Bangun Pos Kesehatan hingga Berikan Pengobatan untuk Prajurit Indonesia

Dinno Baskoro, Jurnalis · Kamis 17 Agustus 2017 11:16 WIB
$detail['images_title']
Prof Dr Sardjito (Foto: Wikipedia)

PROF. Dr. M Sardjito, guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM) telah mendapat legalitas sebagai pahlawan nasional. Perjuangan Dr Sardjito di masa penjajahan Belanda patut dikenang.

Pada masa hidupnya, Sardjito hidup dalam kesederhanaan, melayani pasien dengan ikhlas dan sederhana. Dia punya jiwa pengabdian yang tidak untuk dirinya sendiri, tapi juga masyarakat dan negara.

(Baca Juga: HARI MERDEKA: Gua Jepang, Labirin Pertahanan Jepang yang Memakan Ribuan Nyawa Rakyat Indonesia)

Dia mengawali jenjang pendidikan pada usia 6 tahun dengan belajar ngaji sekaligus belajar di Sekolah Rakyat. Hingga pada akhirnya dia melanjukan pendidikan kedokteran STOVIA serta meraih gelar dokter dengan predikat lulusan terbaik pada 1915.

(Baca Juga: HARI MERDEKA: Kapal Telok Abang, Mainan Khas Palembang yang Ada Hanya saat HUT RI)

Kemudian lanjut ke fakultas kedokteran di universitas Amsterdam, disinilah dirinya lebih intens tentang penyakit tropis. Lalu pindah ke universias Leiden, tak jauh dari Amsterdam yang mana Sardjito berhasil meraih gelar doktor pada 1923.

Di STOVIA lah jiwa nasionalismenya terbentuk. Bersama dengan dr. Wahidin, Sardjito pun menjadi anggota Budi Utomo dan siap berjuang dalam memerangi masa penindasan kolonial Belanda dan didapuk menjadi ketua Budi Utomo cabang Jakarta.

(Baca Juga: HARI MERDEKA: Mau Ikut Lomba Tarik Tambang? Perhatikan Risiko Kesehatan Ini Dahulu Ya!)

Pada masa perang kemerdekaan, pria kelahiran Magetan, Jawa Timur 13 Agustus 1889 ini turut berjasa dalam pelayanan kesehatan kepada para pejuang kemerdekaan.

Sardjito mengupayakan untuk penyediaan obat-obatan dan vitamin bagi prajurit. Dia juga membangun pos kesehatan untuk tentara di Yogyakarta dan sekitarnya, karena dia tahu betul bahwa aspek kesehatan prajurit sangat penting untuk diutamakan.

(Baca Juga: HARI MERDEKA: Seru! Pasien Gangguan Kejiwaan Ikuti Lomba Agustusan)

Selama 13 tahun tinggal di Semarang, Jawa Tengah. Sardjito membantu mengadakan penelitian tentang penyakit lepra di Indonesia selama 10 tahun. Di saat yang sama, dia juga membagi tugasnya untuk memegang jabatan sebagai pemimpin redaksi Medische Britchen.

Setelah itu karir Sardjito terus naik daun hingga diamanahkan menjadi rektor pertama UGM yang kala itu disebut Presiden Universiteit Negeri Gajah Mada pada 1949 selama 12 tahun 9 bulan. Kemudian dia juga terpilih menjadi rektor Universitas Islam Indonesia (UII).

Sardjito wafat ketika masih menjabat sebagai rektor UII pada 5 Mei 1970. Demikian seperti disarikan dari berbagai sumber, Kamis (17/8/2017).

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(hel)