Share

Trauma, Ibu Hamil dan Menyusui di Pengungsian Gempa Lombok Bisa Depresi

Dewi Kania, Jurnalis · Sabtu 22 September 2018 13:30 WIB
$detail['images_title']
Ilustrasi (Foto: Dailymail)

KAUM ibu hamil dan menyusui tentu tidak nyaman tinggal di tenda pengungsian darurat lokasi Gempa Lombok. Mereka rentan menghadapi trauma dan gangguan psikis lainnya, yang berdampak mengganggu kualitas hidupnya.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI Yohana Yambise mengungkapkan, dalam kondisi bencana perempuan dan anak mengalami peningkatan kerentanan masalah pada perempuan. Umumnya dialami oleh ibu melahirkan, menyusui, menstruasi dan hamil.

"Dalam kondisi darurat masalah apapun bisa dialami perempuan. Segala sesuatu bisa terjadi karena situasi serba tidak menentu," ujar dia kepada wartawan di Desa Pemenang, Lombok Utara, Jumat 21 September 2018.

Terlebih, ibu hamil rentan sekali mengalami trauma yang berujung depresi. Tapi beruntung, saat ini belum ada laporan bahwa perempuan di lokasi bencana mengalami dampak itu.

Hanya saja, banyak kalangan ibu hamil dan kaum perempuan lain mengalami trauma. Kondisi psikisnya terganggu akibat bencana besar yang terjadi sejak 29 Juli 2018.

"Saya pikir belum ada laporan (perempuan) yang depresi. Tapi lebih ke trauma," terang dia.

ibu hamil

Untuk pemulihan, ada pendekatan dari psikolog lewat trauma healing. Kaum perempuan diberdayakan dengan melakukan banyak aktivitas untuk mengalihkan ingatan mereka saat gempa terjadi.

"Psikolog sudah diterjunkan, kami kerja sama dengan BNPB. Mereka punya tugas masing-masing, ada sekira 150 relawan bergabung dengan yang lainnya," tutur Mama Yo.

Ibu hamil selain mengalami trauma, juga kekurangan ketersediaan obat dan vitamin. Apalagi untuk ibu hamil yang hendak melahirkan, kondisinya juga tidak nyaman.

"Dokter tentu harus mendampingi mereka. Di setiap desa ada ambulans. Nutrisi mereka terjaga juga, Kementerian Kesehatan sudah cukup banyak beri bantuan juga," katanya.

Sementara itu, berdasarkan hasil pengamatan UNFPA selama tanggal 5-18 Agustus 2018, terdapat 136 kelahiran bayi di 8 tenda kesehatan darurat. Hal ini menimbulkan beberapa dampak terkait kesehatan ibu dan anak, serta pengaruhnya terhadap proses menyusui.

Di tenda darurat yang panas dan berdesakan, pasti dijumpai ibu-ibu yang mengalami stres pasca-gempa. Akibatnya, mereka sulit mengeluarkan ASI untuk anaknya.

Di sisi lain, permasalahan perempuan lainnya terkait kebutuhan nutrisi untuk ibu hamil dan menyusui serta kebutuhan untuk perempuan yang mengalami menstruasi juga perlu diperhatikan.

Oleh karena itu, pemerintah melalui Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Barat berupaya memenuhi kebutuhan spesifik perempuan. Pemerintah memberikan bantuan spesifik untuk perempuan korban bencana di Lombok.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(hel)