PASCA divonis mengidap kanker darah pada 2 Februari 2019, mantan ibu negara Ani Yudhoyono langsung menjalani perawatan intensif di National University Hospital, Singapura, atas rekomendasi tim dokter kepresidenan Indonesia. Kini, setelah hampir dua bulan menjalani perawatan, Ani akhirnya mendapatkan donor sumsum tulang belakang yang diberikan oleh adik kandungnya sendiri Pramono Edhie Wibowo.
Kabar tersebut disampaikan oleh politikus Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean. Mengutip berita yang disiarkan kanal News Okezone, pada Rabu 6 Maret 2019, Ferdinand mengatakan bahwa sumsum tulang belakang sang adiklah yang cocok dan identik dengan Ani Yudhoyono.
Baca juga :
“Iya, jadi pendonornya adiknya sendiri, Pak Pramono Edhie. Kita harapkan dengan adanya donor ini, Ibu Ani segera sembuh,” kata Ferdinand.
Lebih lanjut, Ferdinand menjelaskan, awalnya Pramono Edhie sempat diragukan untuk menjadi pendonor karena masalah usia. Tapi setelah diperiksa, ia dinyatakan sehat dan masih bisa melakukan prosedur transplantasi.
“Sebenarnya bukan hanya Pak Pramono Edhie yang diperiksa sebagai pendonor. Adik bungsu Ani Yudhoyono, Hertanto Edhie Wibowo juga ikut diperiksa. Namun kurang identik, yang paling identik Pak Pramono Edhie,” ucap Ferdinand.
Sebelum proses transplantasi dilaksanakan, Ani Yudhoyono telah diminta untuk menjalani serangkaian perawatan sebagai syarat dilakukannya tindakan medis tersebut. Sebelumnya, ia sudah melakukan pengecekan delapan parameter darah dan sumsum tulang belakang yang menjadi syarat utama transplantasi.
Nah, untuk mengetahui lebih lanjut tentang transplantasi sumsum tulang belakang pada pasien kanker darah, Okezone telah merangkum beberapa penjelasan penting seputar proses dan risiko yang bisa dialami oleh sang pendonor. Berikut ulasan lengkapnya.
Mengenal transplantasi sumsum tulang
Dilansir dari WebMD, Rabu (3/4/2019), transplantasi sel induk dari sumsum tulang atau sumber lain diklaim menjadi pengobatan yang efektif untuk pasien pengidap kanker leukemia dan limfoma. Transplantasi sel induk juga dapat digunakan untuk kasus multiple myeloma dan neuroblastoma. Saat ini, proses transplantasi sel induk sedang dipelajari sebagai alternatif pengobatan untuk jenis kanker lainnya.
Pertanyaannya, mengapa pasien kanker harus mempertimbangkan transplantasi ini? Tidak dapat dipungkiri bahwa kemoterapi dan radiasi dosis tinggi dapat secara efektif membunuh sel-sel kanker. Kendati demikian, kedua tindakan tersebut memiliki efek samping yang tidak diinginkan. Salah satunya dapat menghancurkan sum-sum tulang, tempat di mana sel-sel darah diproduksi.
Tujuan dari transplantasi sel induk atau transplantasi sumsum tulang sendiri adalah untuk mengisi kembali tubuh dengan sel-sel sehat setelah melewati siklus kemoterapi dan radiasi. Ketika transplantasi berjalan lancer, sumsum tulang akan mulai memproduksi sel darah baru. Dalam beberapa kasus, transplantasi dapat memberikan manfaat tambahan. Sel-sel darah baru dipercaya akan menyerang dan menghancurukan sel-sel kanker yang ‘selamat’ dari perawatan awal.
Siapa pendonor yang tepat untuk transplantasi sumsum tulang pada pasien pengidap kanker darah?
Meskipun transplantasi sumsum tulang memiliki kemungkinan untuk menyelamatkan nyawa seseorang, tindakan medis ini bisa jadi bukanlah pengobatan yang tepat bagi sebagian orang. Prosesnya bahkan bisa sulit dan melelahkan.
Mengingat risikonya yang sangat serius, memutuskan untuk melakukan transplantasi sumsum tulang tidaklah mudah. Para dokter harus mempertimbangkan kondisi fisik umum pada pendonor, riwayat penyakit, dan perawatan apa saja yang sudah pernah dijalankan.
Selain itu, akan dilakukan pula sejumlah tes untuk memastikan bahwa pendonor dan pasien cukup sehat untuk menjalani prosedur transplantasi. Proses transplantasi ini memang tidak bisa dilakukan sembarangan dan harus memiliki kecocokan dengan pasien. Biasanya, dokter merekomendasikan pasien untuk mencari donor dari pihak keluarganya. Seperti yang dilakukan oleh Ani Yudhoyono. Ia mendapatkan donor sumsum tulang belakang dari adik kandungnya sendiri, Pramono Edhie Wibowo.
Risiko transplantasi sumsum tulang
Perlu diingat kembali bahwa transplantasi sumsum tulang hanya efektif mengobati jenis kanker tertentu. Risikonya pun sangat tinggi dengan proses yang cukup melelahkan. Oleh karenanya, transplantasi sumsum tulang harus dilakukan oleh mereka yang benar-benar ahli di bidangnya.
Dijelaskan oleh Healthline.com, setelah proses transplantasi selesai, pendonor kemungkinan merasakan efek samping seperti kebingungan setelah operasi, pneumonia, stroke, hingga serangan jantung. Risiko ini muncul akibat dari anestasi yang diterima pendonor saat proses transplantasi berlangsung.
Dalam beberapa kasus, anestasi yang diterima cenderung aman. Pendonor hanya merasakan risiko umum seperti sakit tenggorokan karena tabung pernapasan, mual ringan, hingga muntah.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di
ORION, daftar sekarang dengan
klik disini
dan nantikan kejutan menarik lainnya
(ren)