Share

Megahnya Mausoleum Oen Giok Khouw di Petamburan, Terbesar se-Asia Tenggara!

Rizka Diputra, Jurnalis · Selasa 10 November 2020 16:17 WIB
https: img.okezone.com content 2020 11 10 408 2307393 megahnya-mausoleum-oen-giok-khouw-di-petamburan-terbesar-se-asia-tenggara-Kn8bXQw0Iz.JPG Mausoleum OG Khouw di Petamburan, Jakpus (Foto: Instagram/@cemetery_shots_indonesia)

NAMA Petamburan tak asing bagi warga Kota Jakarta. Ya, Petamburan yang masuk wilayah Jakarta Pusat itu kembali populer namanya menyusul kepulangan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab dari Arab Saudi.

Ribuan orang menyambut ulama yang dikenal tegas menyuarakan amar makruf nahi mungkar itu di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (10/11/2020).

Setibanya di Tanah Air, Habib Rizieq langsung menuju rumah kediamannya di kawasan Petamburan. Bicara tentang Petamburan, tak melulu soal rumah Habib Rizieq dan markas besar FPI saja. Tak banyak orang tahu, jika di sana berdiri mausoleum megah Oen Giok (OG) Khouw yang terletak di Taman Pemakaman Umum (TPU) Petamburan.

Bangunan itu merupakan pelindung makam megah berlapis marmer hitam impor dari Italia. Pembangunannya didedikasikan oleh Ratu Belanda, Wilhelmina kepada Oen Giok Khouw yang merupakan pengusaha Indonesia keturunan Tionghoa.

Melansir dari laman malamuseum.org, Oen Giok Khouw merupakan seorang pengusaha, dan filantropis berketurunan Tionghoa di Hindia Belanda. Ia lahir di Batavia pada 9 Juni 1879 dengan keluarga bangsawan Tionghoa Hindia Belanda yang di mana banyak di antara kerabatnya menjadi letnan, kapitan, hingga mayor seperti mayor terakhir Batavia, yaitu Khouw Kim An.

Baca juga: Habib Rizieq Tiba di Jakarta, Pilot dan Pramugari Jalan Kaki ke Bandara

Mausoleum OG Khouw

(Foto: aroengbinang)

Bank kolonial Than Kie, dan perusahaan Tendjoe Ajoe yang bergerak di bidang teh dan karet, merupakan pundi-pundi uang miliknya. Ia juga dikenal sebagai seorang filantropis. Salah satu buktinya adalah pernah ia menyumbangkan 40 ribu gulden untuk palang merah Belanda. Seringkali ia juga menyumbang ke organisasi Tionghoa di Indonesia yaitu Tiong Hoa Hwee Koan.

Oen Giok Khouw juga salah satu orang Tionghoa yang pertama kali mencukur rambut kepangnya dan menjadi setara dengan orang-orang Eropa dalam strata sosial Hindia Belanda dengan menjadi warga negara Belanda pada 1908.

Hidupnya banyak dihabiskan di Eropa terutama di Swiss dan Perancis selatan. Itulah mengapa pria yang meninggal pada 1 Juli 1927 di Ragaz, Swiss ini memiliki mausoleum yang dibangun dengan bergaya Eropa daripada ketimbang Tionghoa.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Mausoleum tersebut menyimpan makam di bagian bawah yang tangganya berada di bagian belakang bangunan ini. Di bagian atas dari pintu masuk mausoleum, tulisan "rust in vrede" yang artinya "beristirahat dengan tenang".

Di dalam mausoleum itu terdapat makam Oen Giok Khouw dan istrinya. Ia tak memiliki anak sehingga hanya ada dua orang yang dimakamkan di sana. Tak hanya itu, ada pula dua pahatan karangan bunga yang menempel di dinding marmer.

Nah, dinding itulah merupakan bagian dari ruang yang menyimpan abu jasad dari keduanya. Selain abu atau jasad dari Oen Giok Khouw dan istrinya, terdapat pula benda-benda kesayangannya semasa hidup yang salah satunya piano.

Kini, bangunan bersejarah yang berdiri di atas lahan Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta itu terkesan tidak terawat. Di sekitarnya terdapat coretan ulah tangan jahil manusia. Pemda DKI diharapkan lebih memberi perhatian kepada mausoleum yang konon disebut sebagai yang terbesar di Asia Tenggara itu.

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini