Share

Meski Pandemi, Pasien Diabetes Wajib Kontrol untuk Tekan Risiko Kebutaan

Muhammad Sukardi, Jurnalis · Senin 14 Desember 2020 14:56 WIB
$detail['images_title']
Pasien diabetes (Foto: Medical News Today)

Kebutaan pada pasien Diabetes Mellitus atau Retinopatik Diabetik jadi komplikasi nomor tiga paling banyak dialami pasien di Indonesia. Risiko gangguan mata ini terjadi minim gejala dan karena itu banyak pasien datang ke dokter dengan kondisi lanjut.

"Lebih dari 60 persen pasien Diabetes Mellitus memiliki gangguan penglihatan yang disebabkan berbagai kelainan seperti Katarak, kelainan refraksi, Glaukoma, Diabetik Retinopati, dan yang lainnya," terang Dokter Spesialis Mata dr Yeni D. Lestari, SpM(K), dalam keterangan resmi yang diterima Okezone, belum lama ini.

 penderita diabetes

Sayangnya, sambung dr Yeni, fakta di lapangan ditemukan banyak pasien yang tidak memeriksakan matanya karena belum memiliki keluhan atau tidak sempat periksa mata karena harus berobat untuk komplikasi Diabetes Mellitus (DM) lainnya.

Padahal, ketika pasien sudah mengalami masalah di mata, itu akan menurunkan kualitas hidup pasien dan menjadi beban keluarga, masyarakat, dan pemerintah.

"Pemeriksaan atau skrining mata pada pasien DM sangat penting untuk mencegah kebutaan dan harus menjadi bagian dari layanan rutin yang disediakan fasilitas kesehatan terutama di faskes primer," tambah dr Yeni.

Terkait dengan Retinopati Diabetik, penyakit itu terjadi saat kadar darah yang tinggi merusak pembuluh darah di retina mata. Pembuluh darah tersebut akan bocor sehingga muncul bintik-bintik perdarahan di retina dan kalau sudah terjadi, muncullah gangguan penglihatan yang kabur hingga buta permanen.

Diterangkan Ahli Mata Prof. dr. Arief S. Kartasasmita, SpM (K), PhD, kerusakan pada retina ini sering tidak dirasakan pasien terutama di fase-fase awal penyakit. Karena itu, banyak pasien yang datang berobat pada keadaan yang sudah lanjut.

"Perlu diingat, kondisi ini akan bersifat permanen jika tidak segera ditangani dengan tepat. Jadi, meski masih pandemi, pasien DM diimbau tetap melakukan konsultasi dan pemeriksaan rutin, tentunya dengan tetap mengikuti protokol kesehatan yang berlaku," terang Prof Arief.

Ia menambahkan, hal tersebut perlu dilakukan guna memastikan penyakitnya tetap terkendali, serta mengantisipasi kemungkinan terjadinya perburukan penglihatan.

Hal senada diungkapkan Ketua PERDAMI dr M. Sidik, SpM(K). Menurutnya, sosialisasi mengenai risiko gangguan penglihatan pada pasien DM harus terus dilakukan meski pandemi.

"Selain mengandalkan skrining di puskesmas, klinik, dan rumah sakit, edukasi mengenai risiko buta akibat Diabetes Mellitus ke masyarakat harus terus dilakukan untuk menekan angka kasus di Indonesia," tambah dr Sidik.

Baca juga: Yuk Rajin Cuci Tangan, 6 Penyakit Ini Bisa Dicegah Lho

 

Berdasar hasil survei Rapid Assesment of Avoidable Blindness (RAAB) yang dilakukan Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI), dalam kurun waktu 2014 hingga 2016, sebanyak 8 juta orang mengalami gangguan penglihatan, 1,6 juta menderita kebutaan, dan 6,4 juta menderita gangguan penglihatan skala sedang hingga berat.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(DRM)