Heboh Pelecehan Seksual di Metaverse, Ini Kata Wishnutama
BELAKANGAN ramai kabar kasus pelecehan seksual di metaverse Horizon Venues. Pasalnya, seorang wanita yang terlibat dalam uji coba metaverse mengaku avatarnya 'diraba' secara virtual dalam platform tersebut.
Menanggapi hal itu, pakar digital Wishnutama Kusubandio mengatakan bahwa ini hal yang wajar terjadi lantaran platform metaverse sendiri memang masih dalam masa uji coba. Ke depannya, keamanan dan persyaratan bagi pengguna metaverse tentu akan diperbaharui menjadi lebih ketat.
"Pandangan saya, itu karena platform masih dalam tahap percobaan, masih pengembangan, masih belum sempurna. Yang terpenting kedepan, di era metaverse atau di era web 3.0 ini adalah Know Your Customer (KYC) dan soal keamanan," kata Wishnutama Kusubandio saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Minggu (6/2/2022).
Dikatakan, Know Your Customer akan menjadi syarat utama bagi para pengguna. Dengan begitu, siapapun yang melakukan tindak kejahatan bisa terdeteksi secara langsung sosoknya.
"Persyaratan KYC atau mengenal siapa person yang hadir di metaverse sehingga dapat menghindari hal yang tidak diinginkan, ini menjadi syarat utama di era metaverse," tambahnya.
BACA JUGA : Pemerkosaan di Horizon Venues, Prabu Revolusi: Belum ada Aturan di Dunia Metaverse
BACA JUGA : Meta Siapkan Fitur Baru untuk Cegah Pelecehan di Metaverse
Lebih lanjut, Wishnutama menjelaskan bahwa seorang pengguna harus menjadi diri sendiri di metaverse. Ia tidak bisa tiba-tiba menjadi orang lain ataupun memakai nama samaran. Tentunya persyaratan ini diberlakukan guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
"Itu juga punya potensi yang berbahaya juga, dari sisi keamanan dan sebagainya. Jadi selain KYC tadi, orang yang hadir dalam dunia yang baru ini harus jadi diri sendiri," terang Wishnutama.
